Minggu, 20 April 2014

HIPOTESIS

Hipotesis adalah dugaan / pernyataan sementara yang diungkapkan secara deklaratif yang menjadi jawaban dari sebuah permasalahan.  Pernyataan tersebut diformulasikan dalam bentuk variabel agar bisa diuji secara empiris. Hipotesis merupakan identik dari perkiraan atau prediksi dari sebuah hipotesis maka akan menimbulkan suatu prediksi, karena prediksi adalah hasil yang diharapkan diperoleh dari hipotesis. Hipotesis dapat diketahui jika telah melakukan suatu percobaan sehingga mengetahui hasilnya. Salah satu langkah dalam penelitian menggunakan metode ilmiah adalah hipotesis. Seorang ilmuan / peneliti haruslah mempunyai kemampuan untuk memprediksi suatu permasalahan.

 Jenis-Jenis Hipotesis

1.      Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Artinya, dalam rumusan hipotesis,  yang diuji adalah ketidakbenaran variabel (X) mempengaruhi (Y). Contoh: tidak ada hubungan antara warna baju dengan kecerdasan mahasiswa.

2.      Hipotesis Kerja (H1)
Hipotesis yang menyatakan adanya hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) yang diteliti. Hasil perhitungan H1 tersebut akan digunakan sebagai dasar pencarian data penelitian.

Berikut ini beberapa penjelasan mengenai Hipotesis yang baik:

1.      Hipotesis harus menduga hubungan diantara beberapa variable
Hipotesis harus dapat menduga hubungan antara dua variabel atau lebih. Disini harus dianalisis variabel-variabel yang dianggap turut mempengaruhi gejala-gejala tertentu dan kemudian diselidiki sampai dimana perubahan dalam variabel yang satu membawa perubahan pada variabel yang lain.

2.      Hipotesis harus dapat diuji
Hipotesis harus dapat diuji untuk dapat menerima atau menolaknya. Hal ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data-data empiris.

3.      Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam beberapa masalah dan terkhusus pada permulaan penelitian, harus berhati-hati untuk mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar. Serta poin ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan berdasar dari laporan penelitian sebelumnya.

4.      Hipotesis dinyatakan secara sederhana

Suatu hipotesis akan dipresentasikan kedalam rumusan yang berbentuk kalimat deklaratif, hipotesis dinyatakan secara singkat dan sempurna dalam menyelesaikan apa yang dibutuhkan peneliti untuk membuktikan hipotesis tersebut.


Sumber :

METODE PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data tidak lain dari suatu proses pengadaan data primer untuk keperluan penelitian.  Data yang dikumpulkan dapat juga berupa data sekunder, yang artinya data tersebut diperoleh bukan dari hasil penelitiannya sendiri, tetapi merupakan data yang dikumpulkan oleh orang lain dan diolah kembali oleh si peneliti.  Pengumpulan data merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.  Data yang dikumpulkan harus cukup valid untuk digunakan.
Pengumpulan data adalah prosedur sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.  Selalu ada hubungan antara metode mengumpulkan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan.  Secara umum metode pengumpulan data dapat dibagi atas beberapa kelompok, yaitu :
1.      Metode pengamatan langsung
2.      Metode dengan menggunakan pertanyaan
3.      Metode khusus

LANGKAH-LANGKAH PENGUMPULAN DATA
1.      Mendefinisikan sasaran yang ingin dicapai melalui program perubahan yang akan dilakukan
2.    Mengidentifikasikan variabel-variabel sentral yang terdapat dalam situasi yang dihadapi seeperti perpindahan pegawai, kinerja yang kurang memuaskan, dan lain sebagainya
3.      Memilih bagaimana metode pengumpulan data apa yang nantinya akan digunakan
4.   Mengkondisikan klien, jenis dan mutu informasi yang diperlukan, penggunaan inrormasi yang terkumpul, berbagai instrumen lain yang dapat digunakan
5.      Wawancara
6.      Pelaksanaan kegiatan pengumpulan data
7.      Analisis data
8.      Evaluasi efektivitas pengumpulan data

TEKNIK PENGUMPULAN DATA
1.      OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data / fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Observasi adalah pengamatan langsung para pembuat keputusan berikut lingkungan fisiknya dan atau pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang berjalan.

Kelebihan :
· Derajat kepercayaan tinggi
· Konteks sosial yang diamati belum dipengaruhi faktor lain (natural)
· Tidak terbatas hanya pada manusia
· Dapat menggunakan alat bantu
Kelemahan :
· Memerlukan waktu yang lama
· Kurang efektif mengamati gejala pada individu seperti sikap, motivasi, pandangan, dan sebagainya
· Tidak dapat mengamati gejala yang peka / rahasia
· Tidak dapat mengamati gejala masa lampau

2.      WAWANCARA
Menurut pengertiannya, wawancara adalah teknik pengumpulan data atau informasi dari informan dan atau responden yang sudah ditetapkan, dilakukan dengan cara tanya jawab sepihak tetapi sistematis atas dasar tujuan penelitian yang hendak dicapai.

Menurut beberapa ahli, wawancara juga didefinisikan sebagai berikut :

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. (I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985)

Wawancara adalah salah satu metode untuk mendapatkan data anak atau orangtua dengan mengadakan hubungan secara langsung dengan informan / face to face relation. (Bimo Walgito, 1987)

Wawancara adalah alat untuk memperoleh data atau fakta atau informasi dari seorang murid secara lisan. (Dewa Ketut Sukardi, 1983)

Wawancara informatif adalah suatu alat untuk memperoleh fakta / data informasi dari murid secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang diperlukan untuk bimbingan. ( WS. Winkel, 1995)

Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu :
1. Menciptakan hubungan baik diantara dua pihak yang terlibat (subyek wawancara dan pewawancara). Pertemuan itu harus bebas dari segala kecemasan dan ketakutan sehingga memungkinkan subyek wawancara menyatakan sikap dan perasaan dengan bebas, tanpa mekanisme pertahanan diri yang kadang-kadang menghambat pernyataannya.
2. Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara. Oleh karena subyek wawancara pada umumnya membawa berbagai ketegangan emosi kedalam pertemuan dalam wawancara itu, maka kedua belah pihak harus berusaha meredakan ketegangan didalam dirinya.
3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan. Dalam wawancara kedua belah pihak akan mendapat kesempatan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkannya.
4. Mendorong kearah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara. Hampir semua subyek wawancara menginginkan pemahaman diri yang lebih baik, dan pada dasarnya memiliki kesanggupan dan bakat yang seringkali tidak dapat berkembangdengan sempurna. Dengan wawancara subyek wawancara akan lebih memahami dirinya.
5. Mendorong kearah penyusunan kegiatan yang konstruktif pada subyek wawancara.

Keuntungan dengan wawancara
a.       Hubungan secara personal, akan memperoleh data secara langsung, cepat, dan ekonomis
b.      Masalah akan langsung mengenai sasaran, penegasan maksud pertanyaan dapat langsung diutarakan
c.       Metode ini bersifat fleksibel, mudah menyesuaikan dengan keadaan untuk diarahkan pada relevansi informasi

Kelemahan dengan wawancara
a.       Jangkauan responden relatif kecil dan memakan waktu lebih lama dari pada angket
b.      Biayanya lebih mahal
c.       Dibutuhkan lebih banyak tenaga pewawancara

3.      KUISIONER

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahui. (Suharsimi Arikunto, 1999:140)
Kuesioner dipakai untuk menyebutkan metode maupun instrumen. Jadi, dalam menggunakan metode angket atau kuesioner instrumen yang dipakai adalah angket atau kuesioner.

Kelebihan kuesioner sebagai berikut:
a.       Tidak memerlukan hadirnya peneliti
b.      Dapat dibagikan secara serentak kepada responden
c.       Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing menurut waktu senggang responden
d.      Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab
e.       Dapat dibuat berstandar sehingga semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama

Kelemahan kuesioner adalah sebagai berikut:
a.    Responden sering tidak teliti dalam menjawab sehingga ada pertanyaan yang terlewati tidak terjawab, padahal sukar diulangi diberikan kembali padanya
b.      Seringkali sukar dicari validitasnya
c.   Walaupun dibuat anonim, kadang-kadang responden sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur
d.  Angket yang dikirim lewat pos pengembaliannya sangat rendah, hanya sekitar 20%. Seringkali tidak dikembalikan terutama jika dikirim lewat pos menurut penelitian
e.       Waktu pengembaliannya tidak sama-sama, bahkan kadang-kadang ada yang terlalu lama sehingga terlambat



Sumber:
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CEEQFjAC&url=http%3A%2F%2Fdosen.narotama.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2013%2F01%2FPENGUMPULAN-DATA.doc&ei=eXlTU-C3OM_i8AXeu4LgDg&usg=AFQjCNGIos2uLx8du2OUtzBhgf005Ao-Og&sig2=QoU5hGODONPiv3kfLJ5C-w&bvm=bv.65058239,d.bmk

Jumat, 11 April 2014

METODE ILMIAH

Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, maka hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Menurut sumber ada beberapa karakteristik metode ilmiah:
1. Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.
2. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia
3.   Bersifat objektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi yang sama pula.
4.   Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
5.   Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah
Karena metode ilmiah dilakukan secara sistematis dan berencana, maka terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan secara urut dalam pelaksanaannya. Setiap langkah atau tahapan dilaksanakan secara terkontrol dan terjaga. Adapun langkah-langkah metode ilmiah adalah sebagai berikut:

1.      Merumuskan masalah
Berpikir ilmiah melalui metode ilmiah didahului dengan kesadaran akan adanya masalah. Permasalahan ini kemudian harus dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Dengan penggunaan kalimat tanya diharapkan akan memudahkan orang yang melakukan metode ilmiah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, menganalisis data tersebut, kemudian menyimpulkannya. Perumusan masalah adalah sebuah keharusan. Bagaimana mungkin memecahkan sebuah permasalahan dengan mencari jawabannya bila masalahnya sendiri belum dirumuskan?

2.      Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang masih memerlukan pembuktian berdasarkan data yang telah dianalisis. Dalam metode ilmiah dan proses berpikir ilmiah, perumusan hipotesis sangat penting. Rumusan hipotesis yang jelas dapat membantu mengarahkan pada proses selanjutnya dalam metode ilmiah. Seringkali pada saat melakukan penelitian, seorang peneliti merasa semua data sangat penting. Oleh karena itu melalui rumusan hipotesis yang baik akan memudahkan peneliti untuk mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkannya. Hal ini dikarenakan berpikir ilmiah dilakukan hanya untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan.

3.      Mengumpulkan data
Pengumpulan data merupakan tahapan yang agak berbeda dari tahapan-tahapan sebelumnya dalam metode ilmiah. Pengumpulan data dilakukan dilapangan. Seorang peneliti yang sedang menerapkan metode ilmiah perlu mengumpulkan data berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskannya. Pengumpulan data memiliki peran penting dalam metode ilmiah, sebab berkaitan dengan pengujian hipotesis. Diterima atau ditolaknya sebuah hipotesis akan bergantung pada data yang dikumpulkan.

4.      Menguji hipotesis
Sudah disebutkan sebelumnya bahwa hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang telah diajukan. Berpikir ilmiah pada hakekatnya merupakan sebuah proses pengujian hipotesis. Dalam kegiatan atau langkah menguji hipotesis, peneliti tidak membenarkan atau menyalahkan hipotesis, namun menerima atau menolak hipotesis tersebut. Karena itu, sebelum pengujian hipotesis dilakukan, peneliti harus terlebih dahulu menetapkan taraf signifikansinya. Semakin tinggi taraf signifikansi yang tetapkan maka akan semakin tinggi pula derajat kepercayaan terhadap hasil suatu penelitian. Hal ini dimaklumi karena taraf signifikansi berhubungan dengan ambang batas kesalahan suatu pengujian hipotesis itu sendiri. 

5.      Merumuskan kesimpulan
Langkah paling akhir dalam berpikir ilmiah pada sebuah metode ilmiah adalah kegiatan perumusan kesimpulan. Rumusan simpulan harus sesuai dengan masalah yang telah diajukan sebelumnya. Kesimpulan atau simpulan ditulis dalam bentuk kalimat deklaratif secara singkat tetapi jelas. Harus dihindarkan untuk menulis data-data yang tidak relevan dengan masalah yang diajukan, walaupun dianggap cukup penting. Ini perlu ditekankan karena banyak peneliti terkecoh dengan temuan yang dianggapnya penting, walaupun pada hakikatnya tidak relevan dengan rumusan masalah yang diajukannya.


Sumber:

Senin, 07 April 2014

PERBEDAAN KARYA TULIS ILMIAH, KARYA TULIS POPULER, DAN KARYA TULIS NON-ILMIAH

DEFINISI KARYA TULIS

Karya tulis mempunyai banyak ragam tergantung dari tujuan, manfaat, sumber penulisan, dan aspek-aspek lainnya. Berdasarkan sumbernya, secara umum karya tulis dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu karya fiksi (tidak ilmiah) dan non fiksi (ilmiah). Karya fiksi merupakan karya tulis yang sumbernya semata-mata imajinasi, fantasi, atau rekaan dari si penulis. Tujuan orang menulis fiksi biasanya untuk menghibur atau bisa jadi untuk mengungkapkan isi hati penulis. Karya sastra merefleksikan situasi masyarakat tertentu. Contoh dari karya tulis jenis ini adalah karya sastra: novel, cerpen, puisi, dan lain-lain. 


KARYA TULIS ILMIAH 

Menurut Brotowidjojo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya / keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).


KONSEP DASAR

Karya tulis ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta umum dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.


CIRI-CIRI KARYA TULIS ILMIAH
·       Menyajikan fakta objektif secara sistematis.
·       Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus.
·       Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya.
·       Sistematis, terkendali, konseptual, dan prosedural.
·       Tidak emotif (tidak menonjolkan perasaan).
·       Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung (kecuali hipotesis kerja).
·       Memuat kebenaran-kebenaran.
·       Tidak argumentatif.
·       Tidak persuasif.
·       Tidak melebih-lebihkan sesuatu.


JENIS KARYA TULIS ILMIAH

Abstrak                                Laporan eksekutif                    Risalah                                
Ringkasan                            Tanggapan                               Kolokium 
Ikhtisar                                 Kertas kerja                             Studi Kasus 
Tinjauan buku                      Makalah proyek                       Laporan Penelitian      
Kritik                                    Laporan Kegiatan                    Skripsi 
Makalah pemikiran              Laporan status                          Tesis 
Laporan analisis                   Laporan Kepustakaan              Disertasi 
Makalah pendirian               Rekaman Fakta 
Makalah opini                      Makalah Ilmiah


Pada prinsipnya semua karya ilmiah yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan, serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut. Secara garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian.

1.        Karya Ilmiah Pendidikan
Karya ilmiah pendidikan digunakan tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan. Karya ilmiah pendidikan terdiri dari:
·         Paper (Karya Tulis)
·         Pra Skripsi
·         Skripsi
·         Thesis
·         Disertasi
  
2.        Karya ilmiah Penelitian.
a.       Makalah seminar.
·      Naskah Seminar
Karya ilmiah yang barisi uraian dari topik yang membahas suatu permasalahan yang akan disampaikan dalam forum seminar. Naskah ini bisa berdasarkan hasil penelitian pemikiran murni dari penulisan dalam membahas atau memecahkan permasalahan yang dijadikan topik atau dibicarakan dalam seminar.
·      Naskah Bersambung 
Naskah Bersambung sebatas masih berdasarkan ciri-ciri karya ilmiah, bisa disebut karya tulis ilmiah. Bentuk tulisan bersambung ini juga mempunyai judul atau title dengan pokok bahasan (topik) yang sama, hanya penyajiannya saja yang dilakukan secara bersambung, atau bisa juga pada saat pengumpulan data penelitian dalam waktu yang berbeda.
b.      Laporan hasil penelitian
c.       Jurnal penelitian



PRINSIP KARYA TULIS ILMIAH

·         Spesifik 
·         Kesinambungan
·         Bernas (bahasa)
·         Koherens
·         Memiliki daya tarik 
·         Jujur


SISTEMATIKA PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH 

1.        Bagian pengantar

·       Halaman judul
·       Lembar pengesahan
·       Pengantar
·       Daftar isi
·       Daftar table
·       Daftar gambar
·       Daftar lampiran
·       Abstrak

2.        Isi Karya tulis ilmiah

Bab I. Pendahuluan 
Latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, dan hipotesis).

Bab II. Kajian Teoretis

Bab III. Metodologi Penelitian / Prosedur Penelitian
Tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, teknik pengambilan contoh / sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Bab IV. Pembahasan dan Hasil Penelitian 
Deskripsi variabel penelitian, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis, penafsiran, kesimpulan pengujian hipotesis.

Bab V. Kesimpulan, Implikasi, dan Saran

3.        Bagian Pelengkap
·       Daftar pustaka
·       Lampiran-lampiran
·       Riwayat hidup peneliti


ISU-ISU PENJAS UNTUK KARYA TULIS ILMIAH

1.        Cara mencapai kebugaran jasmani 
2.        Cara mencapai hidup aktif 
3.        Cara mencapai kesejahteraan paripurna
4.        Upaya meningkatkan kulitas hidup manusia
5.        Wahana pengembangan kemampuan kognitif
6.        Wahana pengembangan kemampuan psikomotor
7.        Wahana pengembangan kemampuan sosial
8.        Wahana pengembangan neuromuskular 
9.        Dan lain-lain.


KARYA TULIS POPULER

Karya tulis ilmiah populer merupakan karya ilmiah yang bentuk, isi, dan bahasanya menggunakan kaidah-kaidah keilmuan, serta disajikan dalam bahasa yang santai dan mudah dipahami oleh masyarakat awam.
Slamet Suseno (dalam Dalman, 2012: 156) mengemukakan bahwa karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur tulisan orang lain daripada dengan jalan menulis gagasan, pendapat, dan pernyataannya sendiri. Karya ilmiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal-hal kehidupan sehari-hari.
Karya tulis ilmiah populer adalah karya tulis yang berpegang kepada standar ilmiah, tetapi ditampilkan dengan bahasa umum yang mudah dipahami oleh masyarakat awam dan layout yang menarik sehingga masyarakat lebih tertarik untuk membacanya. Karya tulis ilmiah populer lebih banyak diciptakan dengan jalan menyadur, mengutip, dan meramu informasi dari berbagai tulisan orang lain, daripada menulis murni gagasan, pendapat, dan pernyataan sendiri. Artinya, karya tulis ilmiah populer lebih cocok disebut sebagi tulisan daripada karangan. Seperti yang dipaparkan diatas, secara otomatis akan ada proses reduksi makna ilmiah dari makna aslinya ketika digandengkan dengan kata populer. Namun meski mengalami reduksi, kata-kata ilmiah tetap menggambarkan pertanggungjawaban penulisnya secara ilmiah dengan pencantuman sumber rujukan.


CIRI-CIRI KARYA TULIS ILMIAH POPULER 

Karya ilmiah (Dalman, 2012:113-114) memiliki ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu: 


1.      Struktur
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya terdiri dari bagian awal, bagian inti, dan bagian penutup. Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti, sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin disampaikan.
2.      Komponen dan substansi 
Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka. Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan adanya abstrak.
3.      Sikap penulis 
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif, yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya bahasa impersonal .
4.      Penggunaan bahasa
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah, dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang baku.

Sementara itu menurut Wardani (2006 : 1.6) ciri-ciri karya Ilmiah yaitu:

1.      Dari segi isi, karya ilmiah menyajikan pengetahuan yang dapat berupa gagasan, deskripsi tentang sesuatu atau pemecahan suatu masalah.
2.      Pengetahuan yang disajikan tersebut didasarkan pada fakta atau data (kajian empirik) atau pada teori-teori yang telah diketahui kebenaranya.
3.      Sebuah karya ilmiah mengandung kebenaran yang objektif serta kejujuran dalam penulisan.
4.      Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan banyak menggunakan istilah teknis, disamping istilah yang bersifat denotatif.
5.      Sistematika penulisan mengikuti cara tertentu.

Sedangkan ciri-ciri karya ilmiah populer menurut Hakim (2004 : 57) diurutkan sebagai berikut:

1.      Bahan berupa fakta yang objektif.
2.      Penyajian menggunakan bahasa yang cermat, tidak terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun secara sistematis, tidak memuat hipotesis.
3.      Sikap penulis tidak memancing pertanyaan-pertanyaan yang meragukan.
4.      Penyimpulan dilakukan dengan memberikan fakta.


PERBEDAAN ANTARA KARYA TULIS ILMIAH POPULER DENGAN KARYA TULIS ILMIAH MURNI

Perbedaan antara ilmiah populer dengan ilmiah murni (skripsi, tesis, desertasi, dan lain-lain) terletak pada bahasa penyampaian yang digunakan. Karya tulis ilmiah murni ditampilkan dalam bahasa baku dan sangat terikat dengan kaidah bahasa Indonesia resmi. Sementara ilmiah populer ditampilkan dengan bahasa yang lebih luwes, serta dapat dipahami masyarakat umum.
Dari segi topik bahasan, tulisan ilmiah populer cenderung membahas permasalahan yang berkaitan dengan masyarakat disekitarnya. Berbeda dengan karya tulis ilmiah murni yang lebih sering berkutat dalam bidang ilmiah yang jauh dari jangkauan masyarakat awam.
Sarana untuk mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri sendiri secara utuh. Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan dengan karya tulis nonilmiah. Karya ilmiah populer dapat kita jumpai pada majalah, koran, atau tabloid.


KARYA TULIS NON-ILMIAH

Karya non-ilmiah adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subjektif, tidak didukung fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa digunakan (tidak terlalu formal).

 
CIRI-CIRI KARYA TULIS NON-ILMIAH

·          Ditulis berdasarkan fakta pribadi
·          Fakta yang disimpulkan subjektif
·          Gaya bahasa konotatif dan popular
·          Tidak memuat hipotesis
·          Penyajian disertai dengan sejarah
·          Bersifat imajinatif
·          Situasi didramatisir
·          Bersifat persuasive
·          Tanpa dukungan bukti

Jenis-jenis yang termasuk karya non-ilmiah adalah dongeng, cerpen, novel, drama, dan roman. 

 

PERBEDAAN KARYA ILMIAH DENGAN NON-ILMIAH

Istilah karya ilmiah dan non-ilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan non-fiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun non-ilmiah / fiksi dan non-fiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek:
1.      Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri.
2.      Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi.
3.      Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

Karya non-ilmiah sangat bervariasi topik dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung fakta umum. Karangan non-ilmiah ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subjektif. Bahasanya bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya nonformal dan populer, walaupun kadang-kadang juga formal dan teknis.


SIFAT KARYA NON-ILMIAH

1.      Emotif
Kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2.      Persuasif
Penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informative.
3.      Deskriptif
Pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4.      Jika kritik ada kalanya tanpa dukungan bukti.


SIKAP ILMIAH

Sikap ilmiah adalah sikap tertentu yang diambil dan dikembangkan oleh ilmuwan untuk mencapai hasil yang diharapkan (Iskandar, 1996/1997: 11).

Sikap-sikap ilmiah meliputi:

1.      Obyektif terhadap fakta.
Obyektif artinya menyatakan segala sesuatu tidak dicampuri oleh perasaan senang atau tidak senang.
Contoh: Seorang peneliti menemukan bukti pengukuran volume benda 0,0034 m3, maka ia harus mengatakan juga 0,0034m3, padahal seharusnya 0,005m3.

2.      Tidak tergesa-gesa mengambil kesimpulan bila belum cukup data yang mendukung kesimpulan itu.
Contoh: Ketika seorang ilmuwan menemukan hasil pengamatan suatu burung mempuyai paruh yang panjang dan lancip, maka dia tidak segera mengatakan semua burung paruhnya panjang dan lancip, sebelum data-datanya cukup kuat mendukung kesimpulan tersebut.

3.      Berhati terbuka artinya bersedia menerima pandangan atau gagasan orang lain, walaupun gagasan tersebut bertentangan dengan penemuannya sendiri. Sementara itu, jika gagasan orang lain memiliki cukup data yang mendukung gagasan tersebut maka ilmuwan tersebut tidak ragu menolak temuannya sendiri.

4.      Tidak mencampuradukkan fakta dengan pendapat.
       Contoh: Tinggi batang kacang tanah di pot A pada umur lima hari 2 cm, yang di pot B umur lima hari tingginya 6,5 cm. Orang lain mengatakan tanaman kacang tanah pada pot A terlambat pertumbuhannya, pernyataan orang ini merupakan pendapat bukan fakta.

5.      Bersikap hati-hati.
Sikap hati-hati ini ditunjukkan oleh ilmuwan dalam bentuk cara kerja yang didasarkan pada sikap penuh pertimbangan, tidak ceroboh, selalu bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan, termasuk didalamnya sikap tidak cepat mengambil kesimpulan. Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan penuh kehati-hatian berdasarkan fakta-fakta pendukung yang benar-benar akurat.

6.      Sikap ingin menyelidiki atau keingintahuan (couriosity) yang tinggi.
Bagi seorang ilmuwan hal yang dianggap biasa oleh orang pada umumnya, hal itu merupakan hal penting dan layak untuk diselidiki.
Contoh: Orang menganggap hal yang biasa ketika melihat benda-benda jatuh, tetapi tidak biasa bagi seorang Issac Newton pada waktu itu. Beliau berpikir keras mengapa buah apel jatuh ketika dia sedang duduk istirahat dibawah pohon tersebut. Pemikiran ini ditindaklanjuti dengan menyelidiki selama bertahun-tahun sehingga akhirnya ditemukannya hukum Gravitasi.


SIKAP ILMIAH SEORANG ILMUWAN

1.      Tidak ada rasa pamrih
2.      Selektif
3.      Kredibilitas
4.      Percaya / merasa pasti terhadap penelitian terdahulu setidaknya telah mencapai suatu kepastian
5.      Ada kegiatan rutin mengembangkan ilmu

6.      Punya sikap etis mengembangkan ilmu


Sumber :